AL-WALA’ & AL-BARA’ dan PERINGATAN dari BAHAYA BID’AH
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Loyalitas dan Pelepasan Diri
Setiap muslim yang meyakini kebenaran aqidah Islamiyah, mempunyai kewajiban untuk selalu menolong dan loyal terhadap saudara-saudaranya seaqidah Islamiyah serta memusuhi musuh-musuh mereka; mencintai Ahli Tauhid serta Ahli Ikhlas dan membenci orang-orang musyrik serta memusuhi mereka. Yang demikian itu, adalah merupakan dien Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beserta orang-orang yang bersama beliau yang kita semua diperintahkan untuk mengambil contoh yang baik dari mereka, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya, sampai kami beriman kepada Allah Ta’ala saja.”
(Al-Mumtahanah: 4).Persoalan ini (yakni Al-Wala’ wal Bara’) juga merupakan dien Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesunguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”
(Al-Maidah: 51)
(Al-Maidah: 51)
Ayat ini secara khusus menerangkan haramnya loyal kepada ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Ada pun ayat yang secara umum menerangkan haramnya loyal kepada umumnya orang-orang kafir, Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian mengambil musuh-Ku dan musuhmu sekalian menjadi teman-teman setia.”
(Al-Mumtahanah: 1)
(Al-Mumtahanah: 1)
Bahkan, sungguh Allah Ta’ala telah mengharamkan kepada orang-orang yang beriman untuk loyal terhadap orang-orang kafir, walau mereka adalah kerabat yang paling dekat. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu, pemimpin-pemimpinmu, jika mereka mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”
(At-Taubah: 23).
(At-Taubah: 23).
Dan Allah Ta’ala berfiman:
“Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekali pun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
(Al-Mujadalah: 22).
(Al-Mujadalah: 22).
Betapa banyak orang-orang Islam yang tidak paham terhadap dasar-dasar agama yang agung ini (yang dimaksud adalah dasar atau kaidah Al-Wala’ wal Bara’) sampai-sampai saya pernah mendengar sebagian orang Islam yang berkecimpung di bidang keilmuwan dan dakwah pernah berkata dalam siaran radio berbahasa Arab tentang orang-orang Nasrani dengan kata-kata: “Sesungguhnya mereka adalah ikhwan kita.” Sungguh suatu kata-kata yang sangat berbahaya.
Sebagaimana Allah ta’ala telah mengharamkan loyal terhadap orang-orang kafir, karena mereka adalah musuh-musuh Aqidah Islamiyah, maka Allah Ta’ala telah mewajibkan untuk loyal terhadap orang-orang yang beriman serta mencintai mereka.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang.”
(Al-Maidah: 55-56).
(Al-Maidah: 55-56).
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesama mereka.”
(Al-Fath: 29).
(Al-Fath: 29).
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.”
(Al-Hujurat: 10).
(Al-Hujurat: 10).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, baik dalam dien maupun dalam akidah, meskipun berbeda nasab dan masa hidupnya serta berjauhan tempat tinggal mereka satu sama lain.
Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan jangan Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
(Al-Hasyr: 10).
(Al-Hasyr: 10).
Mereka senantiasa saling mencintai, walaupun domisili mereka berjauhan dan zaman mereka berbeda, orang-orang yang terakhir mengambil contoh yang baik dari orang-orang sebelumnya, sebagian mereka mendoakan dan memintakan ampun untuk sebagian yang lain.
Loyalitas dan pelepasan diri (Al-Wala’ wal Bara’) itu dapat ditunjukkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk loyalitas terhadap orang kafir
2. Bentuk-bentuk loyalitas kepada orang-orang yang berimanBersambung…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar