Kamis, 24 Maret 2011

Melatih Ikhlas


Bismillah

Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda:

(( إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ))  [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري و ابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)


Ikhlas sebagaimana akhlak ternyata bisa dilatih. Syariat secara tidak langsung mengarahkan kita menjadi seorang yang mukhlis. Akhlak seseorang bisa diubah dari tidak baik menjadi baik melalui latihan. Dengan latihan, seseorang menjadi  terbiasa dan akhirnya menjadi ahli untuk berakhlak baik. Demikian juga latihan dapat kita lakukan terhadap amalan hati (niat). Bagaimana caranya? Ini yang menarik…

Seringkali , apakah itu dilakukan dengan disengaja maupun “tidak disengaja”, orang melakukan amal-amal baik ketika berkumpul dengan orang banyak. Perilaku baik jadi dengan begitu mudah “meluncur” dari seseorang  Mungkin ada orang yang terbiasa dengan amalan riya, suka dipuji, mengejar sebutan. Orang yang riya, cirinya dia tidak beramal ketika sedang sendirian, baru beramal ketika dilihat orang atau dipuji orang, berkurang amalnya jika tidak dilihat orang, bertambah amalnya ketika di depan orang banyak. Kondisi ini (riya) perlu diobati, caranya? Melatih keihklasan dalam diri. Keikhlasan dalam diri seorang muslim dapat dilatih karena dalam Islam sendiri, banyak amalan yang dianjurkan untuk melakukannya secara sendiri-sendiri/sembunyi-sembunyi.

Beberapa contoh amalan yang dianjurkan melakukannya secara sembunyi adalah:
  • Sholat sunnat rawatib, yang dituntunkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah dilakukan di rumah. Ditekankan bagi yang melakukan solat fardhu, untuk menyisakan waktunya untuk solat-solat sunnat di rumahnya, jauh dari pandangan manusia. Hal ini tiada lain bertujuan untuk melatih keikhlasan. Dengan keutamaan melakukan sholat ini di rumah, akan tampak apakah yang bersangkutan tetap akan mengerjakan amalan tersebut atau malah meninggalkannya, atau apakah baru muncul semangat mengerjakannya di masjid saja atau tetap bersemangat ketika melakukan amalan tersebut sendirian di rumah. Jadi, dapat kita ketahui bahwa beberapa amalan dilebihkan balasannya karena ketersembunyiannya. Oleh karena itu biasakanlah untuk beramal secara sembunyi-sembunyi.

  • Sadaqah. Allah melebihkan ganjaran pada suatu bentuk sadaqah, sadaqah yang mana itu? Yaitu seperti yang dijelaskan dalam hadits tentang 7 orang yang mendapat naungan Allah ketika tidak ada lagi naungan selain naungan Allah. Dimana dkatakan bahwa orang yang mendapat naungan Allah tersebut adalah seorang pemuda yang mensedekahkan hartanya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Maksud dari hadits ini adalah bahwa orang tersebut adalah orang yang bersedekah, sampai-sampai orang terdekatnya pun tidak mengetahui bahwa dia telah bersadaqah, inilah amalan yang juga melatih keikhlasan/amalan hati.
  • Menangis karena mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini bisa terjadi di dalam mengerjakan sholat, karena mendengar ayat Al Quran, atau pun hal lain yang membuat seseorang dekat dengan Rabbnya. Ada orang yang menangis di depan orang banyak karena mengingat Allah, di dalam shalat berjamaah, hal ini tidak dilarang, mungkin saja dilakukannya dengan niat yang ikhlas. Namun ada juga orang yang dalam kesendiriannya menangis karena Allah. Hal yang membedakan kedua kondisi ini adalah ketersendirian/ketersembunyiannya tersebut.  Karena ketersembunyian tersebut, mereka mendapatkan keutamaan Allah, dengan mendapatkan naungan dimana tidak ada lagi naungan selain naungan Allah. Disebutkan bahwa para salaf masa dahulu, ketika mereka menangis karena Allah mereka menyembunyikan tangis mereka.

Abu Sofyan menceritakan bahwa amalan yang paling sulit ia perbaiki selain memperbaiki niatnya sendiri, karena hati senantiasa berbolak balik. Oleh karena itu, penting kita untuk selalu meluruskan niat, menyelamatkan niat, karena niat letaknya di hati, dan hati senantiasa berbolak balik, menghindarkan diri dari keinginan untuk dilihat orang, dipuji orang. Ada pun doa yang dapat dan hendaknya selalu kita panjatkan pada Allah adalah agar amalan hati kita selalu terjaga yakni :

Salah satu ciri orang yang munafik adalah suka berbuat riya kepada manusia, pamer amalan kepada manusia. Yang mana pada hari kiamat nanti, ada tiga orang yang diadili di depan Allah seorang mujahid, seorang mu’alim, dan orang yang suka bersedekah, tapi ketiga tiganya gagal dalam niat mereka, padahal mereka telah melakukan amalan mereka tersebut. Syaitan merusak anak manusia dari dua hal, yaitu dirusak amalnya, dan dirusak niatnya. 

Hal yang paling sulit ini memang adalah menjaga amalan hati, menjaga niat.  Karena apabila amalan zahir, saudara kita seiman bisa menegur kita bila tidak sesuai dengan tuntunan Rasul, tapi niat? Hanya yang beramal dan Allah yang mengetahui bagaimana niatnya sebenarnya/sejauhmana keihklasannya beramal.

Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar